Dinamika Pancasila, dalam Forum Internasional

 

Judul buku      :Pancasila’s Contemporary Appeal: Re-legitimizing Indonesia’s Founding   Ethos

Editor              : Thomas J. Conners, Mason C.Hoadley, Frank Dhont, Kevin Ko

Tahun Terbit    : 2012

Penerbit           : Sanata Dharma University Press

Tebal               : 380 halaman

 

pancasila contemporary appealDinamika dan wacana tentang Pancasila menjadi menarik untuk dikaji lebih mendalam. Berbagai peneliti, pakar, pemikir, mahasiswa, dan pengamat dari luar dan dalam negeri mencoba mendialogkan bagaimana perubahan paradigmatik dan aplikasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Buku ini merupakan hasil kompilasi dari konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Yale Indonesia Forum dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,Juli 2009. Sejumlah scholars berkumpul dalam satu forum ini untuk membahas Pancasila dalam masyarakat Indonesia dan bagaimana relevansinya dengan masyarakat Indonesia kontemporer saat ini.

Para penulis buku ini menanyakan berbagai isu seputar Pancasila seperti to what degree the Pancasila as the founding ethos of Indonesia, continues to be relevant in globalized, modern Indonesia? To what extent it become internalized and, if so, can this be observed in various forms of expression? To what degree can the Pancasila and tis adherents address, or fail to address, the various challenges raised by the centrifugal forces of globalization and modernity?

Berbagai penulis menawarkan gagasannya Pada bagian pertama buku ini dengan topik Pancasila dan bagaimana menginspirasi bangsa Indonesia: Saafroedin Bahar yang memfokuskan tentang norma, institusi, dan bentuk Indonesia sebagai negara-bangsa dalam konteks Pancasila. Michael O’Shannassy menggunakan pendekatan ‘nation of intent’ untuk menganalisis Pancasila sebagai identitas Indonesia. Agus Wahyudi, berkaitan dengan pendekatan filosofis dan mendeskripsikan situasi Pancasila antara dua pendekatan filsafat yang berbeda. Michael Wood menggunakan pendekatan sejarah untuk melihat relevansi Pancasila untuk menginvestigasi legitimasi dan efektivitasnya sebagai alat pembentukan bangsa. Viktor Sumsky, menganalisis Pancasila dalam konteks situasi terkini.

Pada bagian kedua dengan topik Nilai-nilai Pancasila yang terserap di dalam Pendidikan Nasional: H. Purwanta, mempersoalkan bagaimana ancaman hilangnya nilai-nilai Pancasila pada generasi muda yang kehilangan jati dirinya. Hastangka meneliti bagaimana evolusi sistem pendidikan nasional yang berdampak pada generasi muda. Andre A. Hardjana’s memfokuskan komunikasi massa dan media dalam memformulasikan identitas Pancasila. Rommel A. Curaming menganalisi Rukun Negara dari Malaysia dan Pancasila sebagai analisis komparatif untuk melihat bagaimana konsep yang digunakan oleh para stakeholder politik. Pada bagian ketiga dengan topik berbagai macam ekspresi Pancasila. Sita Hidayah memperlihatkan bagaimana ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ diterjemahkan dan bagaimana hal tersebut berdampak pada wacana politik. G. Budi Subanar memperlihatkan bagaimana simbol lambang Garuda Pancasila mengajarkan tentang visi Pancasila hari ini. M.Endy Saputro menggunakan simbol kebersamaan dalam Bhinneka Tunggal Ika. Jennifer Goodlander menggunakan pengalaman pribadi melihat Pancasila dalam ekspresi kelompok tarian bali di Bali,bahwa Pancasila dapat dikenali dari pertunjukkan tari bali.

Pada bagian akhir dengan Topik seputar isu penerapan Pancasila dalam berbagai macam komunitas. Kevin W.Fogg menggunakan pendekatan sejarah untuk menganalisis komunitas islam Indonesia bereaksi tentang Pancasila. Pius S. Prasetyo menggunakan konsep desa demokrasi melalui Rembug desa untuk analisis bagaimana model ini mendukung Pancasila. Lukas S. Ispandriarno melihat Pancasila press setelah Pasca Soeharto dengan menganalisis media lokal di Yogyakarta. Silverio R.L Aji Sampurno menggunakan studi kasus di desa Sleman untuk menunjukkan bagaimana Pancasila menjadi terinternalisasi dalam kehidupan desa. Buku ini menarik untuk dibaca sebagai sumber referensi dan aspirasi karena para penulis buku ini menawarkan berbagai pertanyaan, konsep, teori, dan kepercayaan mereka terkait Pancasila. Selamat membaca!

Hastangka, Mahasiswa S3 UGM dan pendiri Institute for Research and Indonesian Studies (IRIS).

Leave a Reply

Your email address will not be published.